- Back to Home »
- Mading Online , realigion »
- Mengapa Dajjal tidak Disebutkan dalam Al-Quran?
Selasa, 19 Agustus 2014
DALAM
bahasa Arab, istilah dajjal lazim digunakan untuk menyebut “nabi palsu”. Namun,
istilah ad-Dajjal, yang dimaksudkan di sini merujuk pada sosok “pembohong” yang
muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat. Sosok itu juga disebut sebagai
al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”. Menurut
beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala
yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun
sebelum al-Qur’an diturunkan.
Dalam
kamus Lisân al-‘Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala,
artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi? Karena ia adalah pembohong yang
akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya. Dikatakan
“menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya
yang sangat banyak. Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi
manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah
Swt.
Menurut
Al-Qur’an
Lalu,
siapakah sesungguhnya Dajjal menurut rujukan utama dan pertama kita dalam
menggali berbagai informasi, utamanya berkaitan dengan agama, yakni al-Qur’an
al-Karim? Sayangnya, kata Dajjal ini tidak disebut secara langsung di dalam
al-Qur’an. Namun, sumber kedua kita, yakni hadits Nabi Muhammad Saw. banyak
menginformasikan tentang Dajjal ini.
Mengapa
Dajjal tidak disebut secara langsung di dalam al-Qur’an? Pertanyaan ini perlu
kita jawab terlebih dahulu sebelum menelusuri informasi tentang Dajjal dari
hadits Nabi Saw. Jawaban yang sesungguhnya, sudah barang tentu, hanya Allah
Swt. Yang Maha Mengetahui. Namun, para ulama memberikan pendapat mengenai hal
ini.
Penyebutan
Dajjal di dalam al-Qur’an sudah termasuk dalam kandungan ayat sebagai berikut:
“Yang
mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk
mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa
ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi
iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia
(belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu
sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).” (QS al-An’âm [6]: 158).
Dalam
surat al-An’âm ayat 158 di atas disebutkan “tanda-tanda atau ayat Tuhanmu”,
yang dimaksudkan adalah tanda-tanda kiamat, dalam hal ini adalah munculnya
Dajjal. Sebab, disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: “Tiga hal apabila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi
sebuah keimanan bagi seorang yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, dâbbah,
dan terbitnya matahari dari arah barat.”
Ada yang
berpendapat bahwa tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an
adalah sebagai bentuk penghinaan kepada Dajjal yang di akhir zaman mengakui
diri sebagai Tuhan. Hal ini berbeda dengan disebutkannya Fir’aun di dalam
al-Qur’an, meski dia telah mengakui diri sebagai Tuhan, karena Fir’aun telah
habis atau selesai masanya sehingga hal ini dapat sebagai peringatan atau
pelajaran bagi umat manusia setelahnya. Namun, Dajjal akan hidup di akhir zaman
dan akan menjadi ujian bagi umat manusia.
Demikianlah di antara jawaban dari para ulama
tentang tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an.